oleh M. Galu Aditya dan Nazwa Aalisyah Verasani Baasalem Duta Bahasa Provinsi Maluku Utara Tahun 2025
Maluku Utara, yang dikenal dengan Bumi Moloku Kie Raha, adalah wilayah kepulauan yang kaya akan keberagaman budaya dan bahasa melimpah. Maluku Utara sendiri, berdasarkan data dari Badan Bahasa, terdapat 19 bahasa daerah yang tersebar dari pulau Morotai sampai pulau Taliabu, ditambah dengan keberagaman dialek yang sangat beragam dari setiap kepulauan di Maluku Utara seperti Halmahera, Tidore, Ternate, Morotai dan masih banyak lagi kepulauan di Maluku Utara. Keberagaman bahasa inilah yang menjadi keunikan dari Maluku Utara itu sendiri. Namun, hal ini juga dapat menjadi tantangan besar terkait kedaulatan Bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara. Oleh karena itu, masih banyak hambatan yang mendasari kekurangan pemahaman terhadap bahasa Indonesia di Maluku Utara. Meskipun begitu, kedaulatan bahasa Indonesia adalah sesuatu hal yang harus diusung—dalam artian kedudukan bahasa Indonesia sudah seharusnya menjadi paling utama—sesuai dengan amanat yang telah dicantumkan dalam sumpah pemuda yang mengakui bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Terutama dalam bidang pendidikan yang merupakan tempat ilmu dibagikan sehingga sudah seharusnya penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar digunakan sebagai bahasa utama.
Sebagai bahasa Negara sekaligus bahasa pengantar pendidikan, bahasa Indonesia memungkinkan proses belajar-mengajar berjalan dengan lancar, meskipun para siswa berasal dari latar belakang suku dan bahasa yang beragam. Dengan menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu, transfer pengetahuan dapat lebih efektif. Baik siswa maupun guru dapat mempelajari setiap hal dengan nyaman menggunakan bahasa Indonesia. Kesalahpahaman dari penggunaan ragam bahasa bisa diminimalisasi sehingga para siswa dapat merasakan kesempatan belajar yang setara. Namun, sayangnya penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa utama dalam jenjang pendidikan di Maluku Utara masih sangat minim yang dibuktikan dengan tingkat Kemahiran Berbahasa Indonesia di Provinsi Maluku Utara yang tidak mencapai 30% menurut hasil asesmen nasional. Para pengajar cenderung menggunakan bahasa Melayu Ternate dalam pembelajaran di sekolah dan menyampingkan penggunaan bahasa Indonesia. Hal tersebut menyebabkan penggunaan bahasa daerah jauh lebih tinggi sehingga siswa menjadi asing dengan bahasa Indonesia. Hal tersebut mendasari kebiasaan atau kesan kaku yang melekat saat para siswa Maluku Utara saat diminta menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam sebuah kalimat panjang. Bahkan kesulitan ini juga terjadi pada para pengajar, mereka harus menyesuaikan dengan penggunaan bahasa daerah agar siswa dapat memahami materi yang disampaikan sehingga kebiasaan memberikan pembelajaran dengan bahasa Indonesia juga semakin minim.
Dalam perkembangan zaman yang terus melesat, perkembangan pendidikan dapat menyamai laju perkembangan. Sayangnya, di Maluku Utara masih banyak keterbatasan fasilitas dan akses guna menyelaraskan hal tersebut. Sebagai provinsi kepulauan, transportasi utama adalah transportasi laut, dapat dibilang sedikit-banyak menyulitkan pembagian fasilitas dan akses untuk memperoleh pengetahuan dengan efektif.
Dari banyaknya jumlah penduduk Maluku Utara, jauh di pulau Halmahera sana, masih ada sekolah yang kurang memadai untuk menampung anak-anak cerdas yang ingin mendapatkan pendidikan layak. Sering kali, fasilitas yang tersedia tidak mendukung, selain koneksi internet, sarana dan prasarana di sekolah pun masih sering tidak layak digunakan lagi. Buku-buku belum termutakhir sesuai dengan kurikulum, juga kursi dan meja yang digunakan meski sudah takbaik. Selain itu, ada sekolah yang memiliki lapangan berlubang yang mungkin dapat membahayakan anak-anak ketika sedang berolahraga. Selain masalah sarana dan prasarana, guru atau tenaga pengajar dapat dikatakan sebagai poin penting dari fasilitas sekolah yang dapat dilihat saat ini di Maluku Utara. Masih banyak guru berstandar lebih rendah dari pada guru yang ada di pulau Jawa berdasarkan Indeks Kemahiran Berbahasa Indonesia Tahun 2024. Bukan karena mereka malas, tapi karena belum ada dukungan sarana dan prasarana yang lebih baik. Kualitas guru di Maluku Utara masih banyak bagian yang dapat ditingkatkan. Dengan fasilitas dan akses yang tersedia, mereka tetap membagikan ilmu dengan baik. Bahkan sebagian dari mereka sering berbagi ilmu antarguru agar tetap dapat memberikan pengetahuan yang unggul kepada siswa.
Tantangan inilah yang menjadi fokus utama dalam peningkatan pendidikan bermutu di Maluku Utara. Pemerintah seharusnya dapat berkolaborasi dalam penyamarataan akses pendidikan agar setiap sekolah di Maluku Utara dapat merasakan pendidikan yang sama dengan di daerah lain. Hal ini yang seharusnya dilakukan sebagai bentuk penerapan pendidikan bermutu untuk semua agar sesuai dengan cita cita bersama, yaitu mewujudkan pendidikan yang setara dan inklusif. Untuk mewujudkan hal itu, pemerintah dapat berkolaborasi dengan Badan (Pengembangan dan Pembinaan) Bahasa, melalui UPT Balai Bahasa Provinsi Maluku Utara, agar berfokus kepada peningkatan literasi siswa sebagai jawaban permasalahan literasi yang masih marak. Di beberapa sekolah pelosok di Maluku Utara, siswa datang ke sekolah, tetapi pembelajaran tidak berjalan sebaik yang diharapkan. Oleh karena itu, pembinaan dan pelatihan guru juga seharusnya dilakukan agar guru lebih siap dalam memberikan pembelajaran yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh siswa, terutama dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
Di daerah pelosok, pembelajaran bahasa Indonesia adalah sebuah mata pelajaran yang dianggap membosankan dengan banyaknya teks yang harus dibaca. Namun, sudah seharusnya guru punya alternatif lain agar menumbuhkan interaksi yang menarik di ruang pembelajaran. Salah satunya para guru dapat memanfaatkan banyak kanal badan bahasa untuk memberikan pembelajaran terkait kosa kata dalam bahasa Indonesia bagi para siswa siswi. Salah satunya adalah KBBI Daring yang dapat menambah pengetahuan ragam kata selama proses pembelajaran. Dan untuk perlu adanya dukungan terkait teknologi dan kestabilan jaringan di daerah pelosok agar hal ini dapat berjalan maksimal.
Berkembang pesatnya teknologi menjadi sesuatu yang belum dirasakan di beberapa sekolah di Maluku Utara seperti Kepulauan Taliabu misalnya. Untuk mendapatkan akses terhadap jaringan di Taliabu para pelajar harus berjalan jauh untuk mendapatkan hal tersebut. Kondisi yang sangat tertutup ini menjadi permasalahan besar terutama dalam hal mendapatkan informasi terkait pendidikan. Tak dapat dipungkiri bagaimana kualitas pengetahuan pelajar di kepulauan Taliabu yang terbatas dikarenakan adanya kesulitan akses ini. Bahkan, saat berbicara bahasa Indonesia beberapa siswa di Kepulauan Taliabu masih sangat sulit untuk memahami dan mencerna kosa kata dalam bahasa Indonesia. Hal ini akan sangat berdampak terhadap masa depan mereka karena sulit untuk bersaing di dunia pendidikan. Oleh karena itu, Kedaulatan bahasa Indonesia diperlukan untuk mengatasi hal ini karena sebelum terwujudnya pendidikan yang bermutu perlu adanya bahasa yang berdaulat.
Bahasa Indonesia berdaulat juga akan sangat berpengaruh dalam meminimalisasi perang atau ketegangan kata akibat kesalahpahaman yang terjadi dalam kondisi saat ini karena adanya ketegangan kata akan berakibat pada kurangnya pemahaman dalam memaknai bahasa Indonesia sebagai jembatan komunikasi antar sesama. Bahasa Indonesia hadir sebagai pemersatu, jadi sudah seharusnya kita menjunjung tinggi posisi bahasa Indonesia sebagai bahasa yang harus diutamakan, seperti yang tercantum dalam Trigatra Bangun Bahasa. Oleh karena itu, pembiasaan penggunaan bahasa Indonesia akan sangat berpengaruh, jadi biasakanlah untuk menjadikan bahasa Indonesia sebagai jembatan dari bahasa Tobelo, Galela, Ternate, dan bahasa daerah lain di Maluku Utara. Dengan pembiasaan penggunaan bahasa Indonesia, bersama akan mewujudkan bahasa Indonesia berdaulat.
Bahasa Indonesia, selain bahasa persatuan juga merupakan bahasa yang paling umum, merupakan bahasa yang dapat memberikan kesamaan pendapat dan kemudahan pemahaman terutama dalam proses belajar. Pendidikan bermutu hanya akan tercapai jika bahasa Indonesia dapat mendapatkan kedudukan tertinggi karena dalam menciptakan pendidikan bermutu bagi semua, perlu adanya peran bahasa yang menyatukan semua. Untuk menjaga keberagaman bahasa daerah, kedaulatan bahasa Indonesia harus dijunjung karena dengan bahasa Indonesia, bahasa daerah dapat diajarkan sampai kepada mereka yang bukan penutur bahasa tersebut. Meskipun begitu, bahasa daerah sudah tidak digunakan secara umum karena sudah ada yang kehilangan ciri khas akibat pencampuran dengan bahasa Melayu ataupun bahasa gaul yang berkembang saat ini.
Dalam hal pendaulatan bahasa Indonesia, peran Duta Bahasa sebagai generasi muda sangat dibutuhkan. Duta Bahasa dapat menjadi wajah dalam pelaksanaan program kerja dalam rangka meningkatkan kualitas literasi bagi siswa. Dengan adanya sosok yang dapat diteladani, akan berpengaruh terhadap keberhasilan dari program prioritas Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah. Duta Bahasa dapat menjalankan krida, seperti pengaktifan majalah dinding, pembelajaran karya sastra, serta pembuatan konten kebahasaan dan kesastraan agar menciptakan kesan modern dalam langkah penyetaraan pendidikan bermutu. Program prioritas terkait peningkatan pendidikan bermutu adalah pembangunan bahasa dan sastra yang meliputi pemartabatan bahasa Negara, perlindungan bahasa daerah, peningkatan literasi, dan penginternasionalan bahasa Indonesia. Hadirnya Duta Bahasa akan memberikan ajakan baru kepada siswa untuk mencintai bahasa Indonesia. Hal ini didasari oleh adanya inovasi dan kreativitas yang diterapkan, bukan hanya teori yang padat dan membosankan. Melalui Duta Bahasa siswa dapat mempelajari bahasa dan sastra dengan cara yang paling dekat dengan mereka. Dengan terwujudnya kedaulatan bahasa Indonesia, kurikulum pendidikan akan lebih mudah dipahami. Para guru juga akan meningkatkan kualitas ajar karena pemahaman terhadap kurikulum nasional akan jauh lebih mudah. Bahasa Indonesia adalah jembatan komunikasi yang paling ideal, terutama di dunia pendidikan.
Oleh karena itu, sinergi pemerintah, tenaga pendidik, dan pelajar serta generasi muda yang dicerminkan melalui Duta Bahasa sangat dibutuhkan karena seluruh aspek masyarakat harus bekerja bersama pemerintah guna menjalankan program agar terwujud dengan baik. Hal ini menjadi penting karena kasus penyamarataan pendidikan di daerah kepulauan yang terpisahkan oleh laut, salah satunya adalah Maluku Utara, akan sulit dilaksanakan tanpa partisipasi pemangku kepentingan. Untuk mewujudkan hal itu, perlu adanya kerja sama yang baik antara pemerintah dan masyarakat. Keterbatasan akses yang ada di Maluku Utara menyebabkan adanya hambatan untuk mewujudkan kedaulatan bahasa Indonesia dalam rangka pendidikan bermutu bagi semua.
Keberagaman Maluku Utara tidak perlu dijadikan hal yang menghambat, seharusnya dapat dijadikan pelopor pentingnya penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa berdaulat tanpa mengesampingkan bahasa daerah sebagai jati diri lokal. Maluku Utara menjadi bukti bahwa jembatan yang tercipta dari bahasa Indonesia dapat menjangkau seluruh bagian dan kebudayaan yang terpisahkan tanpa menghilangkan jati diri mereka. Dari Bumi Moloku Kie Raha, kita dapat mewujudkan kesetaraan, kesamaan, dan kesatuan untuk mewujudkan jati diri bangsa yang kuat, akses pendidikan yang terbuka serta kesempatan berkembang bagi semua anak Indonesia.